Raja Receh tidak duduk di singgasana.
Ia berdiri di balik layar—
tempat keputusan dibuat tanpa saksi.
Ia tidak memberi janji.
Ia memberi pilihan palsu.
“Kalian boleh berharap,”
“tapi hasilnya tetap milikku.”
Setiap retakan yang muncul adalah pernyataan kekuasaan.
Setiap anomali adalah tanda bahwa sistem telah kalah.